Selasa, 11 Maret 2008

Rahsa yang Hilang

Kebahagiaan ini, menghambur, meluap menebas semua sisi derita yang selama ini ada pada-ku. Kering dan hampa yang selalu menghias pada setiap jejak cinta-ku, seolah teraliri oleh tetesan salju yang berhias disukmaku. Pada saat itu, hayalku menembus sidrah al-muntaha menghadap pada kuasa-Nya, agar firman-Nya memaku dua hati yang “terjebak” oleh ke-saleh-an cinta. Pada hari itu, aku menari, bernyanyi, bersiul indah menatap oase kehidupan yang me-merah jutaan rahsa.
Ahirnya, akupun terperangkap oleh “kesadisan” pesona, yang menyayat setiap ruang didalam hati ini. Di sini, aku seolah menghiba pada pelangi yang nun jauh disana. Bahkan, aku seperti mengais-ngais “ceceran sampah” dalam buana emas yang berhamburan. Ya Allah, aku terjatuh pada jepitan-jepitan jarum yang Engkau tebar, persis seperti yang Engkau beri pada hari kemarin.
Setiap khabar yang selama ini aku sampaikan pada hamparan embun di pagi hari, seolah senasib dengan dia yang selalu terenggut oleh sinar mentari. Setiap cinta dan kasih yang aku tawarkan, selalu merembes pada jantung amnesia. Tangisan yang aku rangkai dalam sulaman kasih-sayang, memudar pada setiap tatapan yang dia berikan. Kebahagiaan yang aku nikmati, sesingkat buih yang mengapung di belantara lautan.
Aku yang terlalu bodoh, atau dia yang terlalu cantik bagi-ku?
Aku yang terlalu naif, atau dia yang terlalu risau tentang-ku?
Pekikan dalam setiap lamunan, tak mengubah cita rasa yang dia benamkan dalam hatiku. Takbir yang aku sanjungkan pada-Mu, tak menggeser rasa perih ini pada cinta yang Engkau miliki, Tuhan. Tahmid yang aku bisikkan, tak pernah mengalirkan kasih dalam jiwaku. Ya Allah, nestapa ini tak sanggup aku lalui.
Jika ini bukan kehendak-Mu, mohon dengan segala khidmat-ku pada-Mu, sisipkan cinta milik-nya ini pada cahaya-cahaya bintang. Biarlah aku nikmati cinta-nya dalam kejauhan saja.
Andai ini bukan kuasa-Mu, Ya Allah, titipkan sebutir cinta milik-nya pada semilir angin yang menghembus di terik mentari. Biar aku bisa merasakan kesejukan, meski aku tak bisa menyentuhnya.
Atau, jika dia memang Engkau taqdirkan untuk bersama berbagi dengan cinta yang aku miliki, ubahlah sikapnya dengan sejuta senyum yang mengalir deras dari bibirnya.
Tuhan.... Engkau segalanya bagi-ku
Pekanbaru, 06 Agustus 2007

Senin, 10 Maret 2008